Rabu, 02 Januari 2019

lingkungan sekolah yang baik

LINGKUNGAN SEKOLAH YANG BAIK

LINGKUNGAN SEKOLAH YANG BAIK
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011 :178) lingkungan sekolah yang bersih adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik. Apotik hidup mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi anak didik. Sejumlah kursi dan meja belajar teratur rapi yang ditempatkan dibawah pohon-pohon tertentu agar anak didik dapat belajar mandiri diluar kelas dan berinteraksi dengan lingkungan. Kesejukan lingkungan membuat anak didik betah tinggal berlama-lama didalamnya. Sebaliknya, jika lingkungan sekolah gersang, pengap, tandus dan panas akan membuat anak didik akan merasa tidak nyaman dan konsentrasi belajar menjadi menurun dan daya serap menjadi semakin melemah.
Untuk menciptakan sekolah yang baik (Aqip, 2011:105) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.
2.    Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
3.    Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2010:35-97), sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak ditangannya. Berapa cara di antaranya adalah sebagai berikut.
1.        Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab degan perserta didik. Dengan hungan yang akrab tersebut, secara psiologis perserta didik akan merasa aman sehinga segalah masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka
2.        Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangnan intelektual peserta didik.
3.        Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olaraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik,  perkembangan intelektualnya juga akan terganggu.
4.        Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
Menurut H. Baharuddin dan Nur Wahyuni (2010:26), bahwa lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Selanjutnya menurut H. Martinis Yamin (2013:273), lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran, pengajar tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi peserta didik sendiri yang harus membangun pengetahuannya. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaida yang siap diterima dan diingat oleh peserta didik. Peserta didik harus mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dari beberapa pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa lingkungan sekolah dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan baik,menjaga dan meningkatkan, pertumbuhan fisik anak, sehingah anak dituntut tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain, serta menaati peraturan-peraturan yang ada.